Pengorganisasian Masyarakat (Community Organizing) adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk membangun kekuatan atau intetitas sosial poitik, sosial budaya dan sosial ekonomi pada masyarakat. dalam melakukan penuatan masrakat seorang CO berusaha semaksimal mungkin untuk melibatkan anggota masyarakat sebanyak mungkin. Dalam proses menemuka problematika merumuskan alternatif pemecahan masalah serta membangun institusi sosial yang demokratis, berdasarkan aspirasi, keinginan, kekuatan dan potensi yang tumbuh dalam masyarakat.
Relevansi Pengorganisasian Masyarakat
Kerja pengorganisasian masyarakat ini menjadi penting karena beberapa alasan sebagai berikut:
1. Dalam hubungan sosial dimasyarakat akan selalu terjadi tarik ulur kepentingan antara tiga aktor yakni, Negara Modal dan Rakyat. Hubungan sosial antar ketiga aktor ini berjalan tidak seimbang dimana terjadi penumpukan kekuatan hanya pada negara dan modal sementara rakyat dikondisikan secara “apa adanya”.
2. Pertemuan antara kepentingan negara dan modal melahirkan banyak kebijakan yang mengatur pemanfaatan fasilitas kehidupan, seperti pemanfaatan hasil hutan, pengelolaan lahan, pertambangan yang teryata hanya mengutamakan kepentingan negara dan pemilik modal saja. Sedangkan secara praksis rakyat hanya menjadi obyek dari kebijakan yang dibuat oleh kekuatan negara dan pemilik modal, baik keduanya bersatu maupun sendiri-sendiri.
3. Pada tahap lanjut, hubungan yang tidak seimbang ini menciptakan kesenjangan sosial yang cukup jauh serta terjadi pemiskinan dan pembodohan yang dilakukan secara struktural.
Tujuan Kerja Pengorganisasian Masyarakat
Secara keseluruhan kerja pengorganisasian masyarakat ini bertujuan untuk ;
1. Masyarakat mampu memiliki daya dan usaha untuk membangun kehidupannya sendiri.
2. Masyarakat memiliki kemampuan dan karifan tersendiri dalam menjalankan kehidupannya secara alami.
3. Usaha membangun masyarakat akan lebih efektif bila melibatkan secara aktif seluruh komponen masyarakat sebagai pelaku dan sekaligus sebagai penikmat pembangunan.
4. Serta masyarakat memiliki kemampuan membagi diri sedemikian rupa dalam setiap peran pembangunan mereka.
Prinsip-Prinsip pengorganisasian Masyarakat
1. Membangun pertemanan atau persahabatan dengan masyarakat
2. Bersedia belajar dari kehidupan masyarakat yang bersangkutan
3. Membangun masyarakat dengan berangkat dari apa yang mereka punya atau apa yang ada dalam komunitas masyarakat tersebut.
4. Tidak berpretensi untuk menjadi pahlawan atau pemimpin dari komunitas yang diorganisir
5. Serta seorang pendamping harus percaya bahwa komunitas tersebut memiliki potensi dan kemampuan untuk membangun dirinya sendiri hingga tuntas.
Modal Pengorganisasian Masyarakat
Ada dua modal utama dalam pengorganisasian masyarakat. Kedua model ini mendasarkan diri pada analisis karakter dan mobilitas yang dimiliki masyarakat. Model pertama, yang banyak dikembangkan oleh Paulo Freire yang menunjuk model pengorganisasian dan pengembangan pada masyarakat tradisional (pedesaan dan indogenous) yang tradisional. Sedang model kedua adalah model yang dikembangkan oleh Alinsky. Model ini disesuaikan dengan karakter dan mobilitas masyarakat perkotaan yang sudah mengenal industrialisasi.
Strategi Pengorganisasian Masyarakat
Salah satu strategi yang sering digunakan dalam pengorganisasian masyarakat adalah STRATEGI PEMBELAJARAN DIALOGIS. Dalil Strategi Pembelajaran Dialogis (SPD) adalah : “untuk mencapai penyelesaian masalah, harus dimulai dari penyadaran dan pengenalan masalah terlebih dahulu”. Adapun alur praksis dari SPD adalah sebagai berikut:
Proses Pengorganisasian Masyarakat
Selain alur diatas ada proses yang harus dilalui dalam usaha pengorganisasian masyarakat. Tahapan atau proses yang dimaksud meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Melebur dengan komunitas
· Informasi awal
· Membangun kontak person
· Menjalin pertemanan
· Memberitahu kedatangan
· Terlibat sebagai pendengar
· Terlibat dalam diskusi
· Ikut bekerja
2. Penyelidikan sosial
· Survey
· Analisis Sosial
· Analisis Stakeholder
3. Merancang kegiatan awal
· Mengumpulkan isu
· Musyawarah bersama
· Identifikasi masalah dan potensi
· Menentukan agenda bersama
4. Implementasi kegiatan (sesuai dengan kesepakatan hasil musyawarah pada tahap sebelumnya) contohnya bisa berupa Dialog, Pelatihan, Negosiasi dll.
5. Pembentukan Organisasi
6. Monitoring dan Evaluasi
7. Refleksi dan aksi
Conto Lembar Kasus
Petani Tebu Hanya Dua Pilihan
Jika krisis gula tidak segera tertangani, petani tebu di desa Selokuro hanya dua pilihan. Mereka akan membongkar kebun tebu dan mengganti dengan tanaman lain yang belum tentu hasilnya atau petani harus membiarkan tanaman tebu yang ada tanpa perawatan sehingga hasilnya sangat minim. Apabila langkah itu dilakukan maka pasokan tebu kepabrik gula bisa anjlok akibatnya produksi gula bisa susut.
Memang sejak beberapa tahun terakhir harga tebu semakin anjol akibatnya para petani tebu –termasuk petani desa Selokuro - selalu menelan kerugian pada setiap kali masa panen. Rendahnya harga tebu ini disebabkan oleh anjloknya harga gula dipasaran yang berakibat gula yang diprduksi pabrik gula di Jawa tidak bisa terjual. Berdasarkan perhitungan tahun ini jumlah kerugian seluruhnya di Jawa Timur mencapai Rp.861,8 Milyar yang terdiri dari Rp. 582,8 milyar milik petani dan Rp.279 milik pabrik gula. Perhitungan ini dengan asumsi jumlah gula petani 900.000 ton dengan harga Rp.2.635 dan harga pokok Rp.3.100.
Menurut Direktur Pemasaran PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X Irwan Basri mengatakan, anjloknya harga gula pasir hingga kisaran Rp. 2.600 s/d Rp.2.650 per kg lebih disebabkan posisi tawar petani sangat rendah. Apalagi jika petani menjual secara sendiri-sendiri atau individual, akan ada kesempatan bagi para pedagang untuk menekan dengan mudah. Menurutnya, sejak musim panen raya tebu beberapa bulan lalu, pihaknya baru menyelenggarakan lelang gula bersama petani dari 11 pabrik gula diwilayahnya baru 2 kali. (Kompas,10/9/02).
Masalah rendahnya harga gula dipasaran selain disebabkan oleh engganya petani melakukan lelang bersama, juga disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk melakukan impor gula. Harga gula impor lebih murah bila dibanding dengan produksi pabrik dalam negeri serta kwalitasnya juga lebih bemutu. Selain itu harga gula dipasaran dunia yang juga merosot membuat pasokan gula semakin membanjir.
Akibat dari kerugian yang dialami secara terus-menerus itu, petani tebu Selokura masih dilanda kebingungan, tidak tahu haru berbuat apa. Untuk menanam selain tebu jelas tidak mungkin, selain sudah sekian lama mereka melakukan kegiatan tanam tebu, juga tanaman jenis lain (padi atau polowijo) belum bisa memberi jaminan karena kondisi tanah yang mungkin tidak sesuai
Relevansi Pengorganisasian Masyarakat
Kerja pengorganisasian masyarakat ini menjadi penting karena beberapa alasan sebagai berikut:
1. Dalam hubungan sosial dimasyarakat akan selalu terjadi tarik ulur kepentingan antara tiga aktor yakni, Negara Modal dan Rakyat. Hubungan sosial antar ketiga aktor ini berjalan tidak seimbang dimana terjadi penumpukan kekuatan hanya pada negara dan modal sementara rakyat dikondisikan secara “apa adanya”.
2. Pertemuan antara kepentingan negara dan modal melahirkan banyak kebijakan yang mengatur pemanfaatan fasilitas kehidupan, seperti pemanfaatan hasil hutan, pengelolaan lahan, pertambangan yang teryata hanya mengutamakan kepentingan negara dan pemilik modal saja. Sedangkan secara praksis rakyat hanya menjadi obyek dari kebijakan yang dibuat oleh kekuatan negara dan pemilik modal, baik keduanya bersatu maupun sendiri-sendiri.
3. Pada tahap lanjut, hubungan yang tidak seimbang ini menciptakan kesenjangan sosial yang cukup jauh serta terjadi pemiskinan dan pembodohan yang dilakukan secara struktural.
Tujuan Kerja Pengorganisasian Masyarakat
Secara keseluruhan kerja pengorganisasian masyarakat ini bertujuan untuk ;
1. Masyarakat mampu memiliki daya dan usaha untuk membangun kehidupannya sendiri.
2. Masyarakat memiliki kemampuan dan karifan tersendiri dalam menjalankan kehidupannya secara alami.
3. Usaha membangun masyarakat akan lebih efektif bila melibatkan secara aktif seluruh komponen masyarakat sebagai pelaku dan sekaligus sebagai penikmat pembangunan.
4. Serta masyarakat memiliki kemampuan membagi diri sedemikian rupa dalam setiap peran pembangunan mereka.
Prinsip-Prinsip pengorganisasian Masyarakat
1. Membangun pertemanan atau persahabatan dengan masyarakat
2. Bersedia belajar dari kehidupan masyarakat yang bersangkutan
3. Membangun masyarakat dengan berangkat dari apa yang mereka punya atau apa yang ada dalam komunitas masyarakat tersebut.
4. Tidak berpretensi untuk menjadi pahlawan atau pemimpin dari komunitas yang diorganisir
5. Serta seorang pendamping harus percaya bahwa komunitas tersebut memiliki potensi dan kemampuan untuk membangun dirinya sendiri hingga tuntas.
Modal Pengorganisasian Masyarakat
Ada dua modal utama dalam pengorganisasian masyarakat. Kedua model ini mendasarkan diri pada analisis karakter dan mobilitas yang dimiliki masyarakat. Model pertama, yang banyak dikembangkan oleh Paulo Freire yang menunjuk model pengorganisasian dan pengembangan pada masyarakat tradisional (pedesaan dan indogenous) yang tradisional. Sedang model kedua adalah model yang dikembangkan oleh Alinsky. Model ini disesuaikan dengan karakter dan mobilitas masyarakat perkotaan yang sudah mengenal industrialisasi.
Strategi Pengorganisasian Masyarakat
Salah satu strategi yang sering digunakan dalam pengorganisasian masyarakat adalah STRATEGI PEMBELAJARAN DIALOGIS. Dalil Strategi Pembelajaran Dialogis (SPD) adalah : “untuk mencapai penyelesaian masalah, harus dimulai dari penyadaran dan pengenalan masalah terlebih dahulu”. Adapun alur praksis dari SPD adalah sebagai berikut:
Proses Pengorganisasian Masyarakat
Selain alur diatas ada proses yang harus dilalui dalam usaha pengorganisasian masyarakat. Tahapan atau proses yang dimaksud meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Melebur dengan komunitas
· Informasi awal
· Membangun kontak person
· Menjalin pertemanan
· Memberitahu kedatangan
· Terlibat sebagai pendengar
· Terlibat dalam diskusi
· Ikut bekerja
2. Penyelidikan sosial
· Survey
· Analisis Sosial
· Analisis Stakeholder
3. Merancang kegiatan awal
· Mengumpulkan isu
· Musyawarah bersama
· Identifikasi masalah dan potensi
· Menentukan agenda bersama
4. Implementasi kegiatan (sesuai dengan kesepakatan hasil musyawarah pada tahap sebelumnya) contohnya bisa berupa Dialog, Pelatihan, Negosiasi dll.
5. Pembentukan Organisasi
6. Monitoring dan Evaluasi
7. Refleksi dan aksi
Conto Lembar Kasus
Petani Tebu Hanya Dua Pilihan
Jika krisis gula tidak segera tertangani, petani tebu di desa Selokuro hanya dua pilihan. Mereka akan membongkar kebun tebu dan mengganti dengan tanaman lain yang belum tentu hasilnya atau petani harus membiarkan tanaman tebu yang ada tanpa perawatan sehingga hasilnya sangat minim. Apabila langkah itu dilakukan maka pasokan tebu kepabrik gula bisa anjlok akibatnya produksi gula bisa susut.
Memang sejak beberapa tahun terakhir harga tebu semakin anjol akibatnya para petani tebu –termasuk petani desa Selokuro - selalu menelan kerugian pada setiap kali masa panen. Rendahnya harga tebu ini disebabkan oleh anjloknya harga gula dipasaran yang berakibat gula yang diprduksi pabrik gula di Jawa tidak bisa terjual. Berdasarkan perhitungan tahun ini jumlah kerugian seluruhnya di Jawa Timur mencapai Rp.861,8 Milyar yang terdiri dari Rp. 582,8 milyar milik petani dan Rp.279 milik pabrik gula. Perhitungan ini dengan asumsi jumlah gula petani 900.000 ton dengan harga Rp.2.635 dan harga pokok Rp.3.100.
Menurut Direktur Pemasaran PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X Irwan Basri mengatakan, anjloknya harga gula pasir hingga kisaran Rp. 2.600 s/d Rp.2.650 per kg lebih disebabkan posisi tawar petani sangat rendah. Apalagi jika petani menjual secara sendiri-sendiri atau individual, akan ada kesempatan bagi para pedagang untuk menekan dengan mudah. Menurutnya, sejak musim panen raya tebu beberapa bulan lalu, pihaknya baru menyelenggarakan lelang gula bersama petani dari 11 pabrik gula diwilayahnya baru 2 kali. (Kompas,10/9/02).
Masalah rendahnya harga gula dipasaran selain disebabkan oleh engganya petani melakukan lelang bersama, juga disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk melakukan impor gula. Harga gula impor lebih murah bila dibanding dengan produksi pabrik dalam negeri serta kwalitasnya juga lebih bemutu. Selain itu harga gula dipasaran dunia yang juga merosot membuat pasokan gula semakin membanjir.
Akibat dari kerugian yang dialami secara terus-menerus itu, petani tebu Selokura masih dilanda kebingungan, tidak tahu haru berbuat apa. Untuk menanam selain tebu jelas tidak mungkin, selain sudah sekian lama mereka melakukan kegiatan tanam tebu, juga tanaman jenis lain (padi atau polowijo) belum bisa memberi jaminan karena kondisi tanah yang mungkin tidak sesuai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar