Rabu, 17 Agustus 2016
KH Umar Abdul Mannan (duduk)
Ulama-ulama Indonesia generasi dahulu tak diragukan kembali bagaimana kadar kecintaan mereka pada negara. Artinya, mereka telah nyata menampakkan keberpihakan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
(Baca: Dua Ulama Pencipta Lagu Kemerdekaan Khas Pesantren)
Tak terkecuali, almarhum KH Umar Abdul Mannan, pengasuh Pesantren Al Muayyad, Mangkuyudan, Solo. Sebagaimana dalam Ad-Durul Mukhtar yang mengupas biografi (manaqib) Kiai Umar. Kiai yang masyhur disebut sebagai wali dan pernah nyantri kepada Kiai Muhammad Munawir Krapyak ini pernah ditanya seseorang tentang hukum hormat kepada bendera merah putih.
"Mbah, bagaimana pendapat anda perihal hormat bendera?"
Kiai Umar menjawab, "Saya ini orang bodoh. Saya tak pernah merasakan betapa susah gentingnya mengusir penjajah. Namun begitu, sekarang saya bisa ikut merasakan nikmatnya hidup di negara yang merdeka. Alhamdulillah..."
(Baca juga: Cara Kiai Umar Puasa Syawal sembari Jamu Tamu Lebaran)
Lalu, dengan khas tawadhu'nya, Kiai Umar kembali melanjutkan penjelasan singkatnya, "Menurut saya, hormat bendera itu merupakan kegiatan menampakkan syukur kepada Allah Ta'ala, bukan dalam rangka menyembah bendera. Saya kira tak ada orang yang hormat bendera dengan niat menyembah."
Bagi Kiai Umar, masalah hormat bendera bukanlah masalah pelik di mana pelakunya harus menggunakan landasan dalil rumit untuk bisa menjalankannya. Selain itu, hormat bendera tidak merupakan kegiatan yang melanggar terhadap norma syari'at agama dengan ditinjau dari sisi mana pun. (Mundzir)
Ketika Kiai Umar Mangkuyudan Ditanya perihal Hormat Bendera
KH Umar Abdul Mannan (duduk)
Ulama-ulama Indonesia generasi dahulu tak diragukan kembali bagaimana kadar kecintaan mereka pada negara. Artinya, mereka telah nyata menampakkan keberpihakan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
(Baca: Dua Ulama Pencipta Lagu Kemerdekaan Khas Pesantren)
Tak terkecuali, almarhum KH Umar Abdul Mannan, pengasuh Pesantren Al Muayyad, Mangkuyudan, Solo. Sebagaimana dalam Ad-Durul Mukhtar yang mengupas biografi (manaqib) Kiai Umar. Kiai yang masyhur disebut sebagai wali dan pernah nyantri kepada Kiai Muhammad Munawir Krapyak ini pernah ditanya seseorang tentang hukum hormat kepada bendera merah putih.
"Mbah, bagaimana pendapat anda perihal hormat bendera?"
Kiai Umar menjawab, "Saya ini orang bodoh. Saya tak pernah merasakan betapa susah gentingnya mengusir penjajah. Namun begitu, sekarang saya bisa ikut merasakan nikmatnya hidup di negara yang merdeka. Alhamdulillah..."
(Baca juga: Cara Kiai Umar Puasa Syawal sembari Jamu Tamu Lebaran)
Lalu, dengan khas tawadhu'nya, Kiai Umar kembali melanjutkan penjelasan singkatnya, "Menurut saya, hormat bendera itu merupakan kegiatan menampakkan syukur kepada Allah Ta'ala, bukan dalam rangka menyembah bendera. Saya kira tak ada orang yang hormat bendera dengan niat menyembah."
Bagi Kiai Umar, masalah hormat bendera bukanlah masalah pelik di mana pelakunya harus menggunakan landasan dalil rumit untuk bisa menjalankannya. Selain itu, hormat bendera tidak merupakan kegiatan yang melanggar terhadap norma syari'at agama dengan ditinjau dari sisi mana pun. (Mundzir)
Ketika Kiai Umar Mangkuyudan Ditanya perihal Hormat Bendera
KH Umar Abdul Mannan (duduk)
Ulama-ulama Indonesia generasi dahulu tak diragukan kembali bagaimana kadar kecintaan mereka pada negara. Artinya, mereka telah nyata menampakkan keberpihakan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
(Baca: Dua Ulama Pencipta Lagu Kemerdekaan Khas Pesantren)
Tak terkecuali, almarhum KH Umar Abdul Mannan, pengasuh Pesantren Al Muayyad, Mangkuyudan, Solo. Sebagaimana dalam Ad-Durul Mukhtar yang mengupas biografi (manaqib) Kiai Umar. Kiai yang masyhur disebut sebagai wali dan pernah nyantri kepada Kiai Muhammad Munawir Krapyak ini pernah ditanya seseorang tentang hukum hormat kepada bendera merah putih.
"Mbah, bagaimana pendapat anda perihal hormat bendera?"
Kiai Umar menjawab, "Saya ini orang bodoh. Saya tak pernah merasakan betapa susah gentingnya mengusir penjajah. Namun begitu, sekarang saya bisa ikut merasakan nikmatnya hidup di negara yang merdeka. Alhamdulillah..."
(Baca juga: Cara Kiai Umar Puasa Syawal sembari Jamu Tamu Lebaran)
Lalu, dengan khas tawadhu'nya, Kiai Umar kembali melanjutkan penjelasan singkatnya, "Menurut saya, hormat bendera itu merupakan kegiatan menampakkan syukur kepada Allah Ta'ala, bukan dalam rangka menyembah bendera. Saya kira tak ada orang yang hormat bendera dengan niat menyembah."
Bagi Kiai Umar, masalah hormat bendera bukanlah masalah pelik di mana pelakunya harus menggunakan landasan dalil rumit untuk bisa menjalankannya. Selain itu, hormat bendera tidak merupakan kegiatan yang melanggar terhadap norma syari'at agama dengan ditinjau dari sisi mana pun. (Mundzir)
Ketika Kiai Umar Mangkuyudan Ditanya perihal Hormat Bendera
KH Umar Abdul Mannan (duduk)
Ulama-ulama Indonesia generasi dahulu tak diragukan kembali bagaimana kadar kecintaan mereka pada negara. Artinya, mereka telah nyata menampakkan keberpihakan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
(Baca: Dua Ulama Pencipta Lagu Kemerdekaan Khas Pesantren)
Tak terkecuali, almarhum KH Umar Abdul Mannan, pengasuh Pesantren Al Muayyad, Mangkuyudan, Solo. Sebagaimana dalam Ad-Durul Mukhtar yang mengupas biografi (manaqib) Kiai Umar. Kiai yang masyhur disebut sebagai wali dan pernah nyantri kepada Kiai Muhammad Munawir Krapyak ini pernah ditanya seseorang tentang hukum hormat kepada bendera merah putih.
"Mbah, bagaimana pendapat anda perihal hormat bendera?"
Kiai Umar menjawab, "Saya ini orang bodoh. Saya tak pernah merasakan betapa susah gentingnya mengusir penjajah. Namun begitu, sekarang saya bisa ikut merasakan nikmatnya hidup di negara yang merdeka. Alhamdulillah..."
(Baca juga: Cara Kiai Umar Puasa Syawal sembari Jamu Tamu Lebaran)
Lalu, dengan khas tawadhu'nya, Kiai Umar kembali melanjutkan penjelasan singkatnya, "Menurut saya, hormat bendera itu merupakan kegiatan menampakkan syukur kepada Allah Ta'ala, bukan dalam rangka menyembah bendera. Saya kira tak ada orang yang hormat bendera dengan niat menyembah."
Bagi Kiai Umar, masalah hormat bendera bukanlah masalah pelik di mana pelakunya harus menggunakan landasan dalil rumit untuk bisa menjalankannya. Selain itu, hormat bendera tidak merupakan kegiatan yang melanggar terhadap norma syari'at agama dengan ditinjau dari sisi mana pun. (Mundzir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar