Rabu, 17 Agustus 2016

Doa Cinta Tanah Air ala Rasululah SAW

Selasa, 16 Agustus 2016 20:01 Doa

Doa Cinta Tanah Air ala Rasululah SAW
Ilustrasi (penabirru)
Rasulullah SAW adalah sosok pribadi yang tidak lepas dari cintanya kepada tanah air dan kampung halamannya. Hal ini terbukti dari ekspresinya ketika ia memasuki kota Madinah sepulang dari luar kota. Melihat perbukitan Madinah, beliau mempercepat untanya.

Sementara setiap kali melihat Ka’bah, Rasulullah SAW mengangkat tangan dan mendoakannya. Ini menunjukkan cinta Rasulullah SAW pada tanah airnya. Berikut ini doanya.

اَللَّهُمَّ زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيْفًا وَتَعْظِيْمًا، وَتَكْرِيْمًا وَمَهَابَةً

Allâhumma, zid hâdzal baita tasyrifan, wa ta‘zhîman, wa takrîman, wa mahâbatan.

Artinya, “Ya Allah, tambahkanlah kemuliaan, keagungan, kemegahan, dan kewibawaan untuk rumah (Ka'bah) ini.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Imam As-Syafi’i dalam Musnad-nya. Doa ini dibaca Rasulullah SAW ketika memasuki kota Mekah dan melihat Ka’bah. (Alhafiz K)

Doa Cinta Tanah Air ala Rasululah SAW
Ilustrasi (penabirru)
Rasulullah SAW adalah sosok pribadi yang tidak lepas dari cintanya kepada tanah air dan kampung halamannya. Hal ini terbukti dari ekspresinya ketika ia memasuki kota Madinah sepulang dari luar kota. Melihat perbukitan Madinah, beliau mempercepat untanya.

Sementara setiap kali melihat Ka’bah, Rasulullah SAW mengangkat tangan dan mendoakannya. Ini menunjukkan cinta Rasulullah SAW pada tanah airnya. Berikut ini doanya.

اَللَّهُمَّ زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيْفًا وَتَعْظِيْمًا، وَتَكْرِيْمًا وَمَهَابَةً

Allâhumma, zid hâdzal baita tasyrifan, wa ta‘zhîman, wa takrîman, wa mahâbatan.

Artinya, “Ya Allah, tambahkanlah kemuliaan, keagungan, kemegahan, dan kewibawaan untuk rumah (Ka'bah) ini.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Imam As-Syafi’i dalam Musnad-nya. Doa ini dibaca Rasulullah SAW ketika memasuki kota Mekah dan melihat Ka’bah. (Alhafiz K)

Kiai Mas Mansur dan Nasionalisme Kiai-kiai Pesantren

Rabu, 17 Agustus 2016 06:00 Opini

Kiai Mas Mansur dan Nasionalisme Kiai-kiai Pesantren
Ilustrasi: Film "Sang Kiai"
Oleh Wasid Mansyur

Ketika penulis diberi kesempatan wawancara dengan salah satu cucu Kiai Mas Mansyur Ndresmo, yakni Ibu nyai Fatimah Zahra binti Kiai Mas Muhajir ibn Kiai Mas Mansur, terdapat cerita yang cukup menarik kaitannya dengan rasa kebangsaan (baca; nasionalisme) kiai-kiai pesantren, khususnya kiai-kiai Ndresmo Surabaya. Bagaimanapun, kiai dan santri-santri Ndresmo dikenal dalam beberapa cerita rakyat kaitan keterlibatan mereka dalam mengusir penjajah di kota Surabaya, khususnya dalam merebut kemerdekaan, meskipun sedikit sekali coretan sejarah yang menulisnya.

Keterlibatan kiai-kiai Ndresmo dalam merebut kemerdekaan telah dikenal di lingkungan santri-santri Ndresmo. Bahkan, penulis melakukan lacakan tentang hal ini, menyimpulkan bahwa dari sekian kiai-kiai tersebut adalah Kiai Mas Mansur Ndresmo. Untuk itu, tulisan ini akan lebih fokus pada sosok Kiai Mas Mansur kaitan keterlibatannya dalam merebut kemerdekaan, serta keberadaannya sebagai pemicu bagi gerakan kiai-santri untuk melawan penjajah di kota Surabaya.

Kilasan sejarah menyebutkan; setelah Belanda takluk ditangan tentara Jepang, maka terjadi proses peralihan kekuasaan terhadap bumi Nusantara. Di mana, Jepang telah melanjutkan proses menjajah dan menjarah, sekalipun pada awalnya menggunakan pola-pola yang tidak keras sebagaimana dilakukan oleh tentara Belanda. Pendekatan kooperatif ini sengaja dilakukan untuk mencari simpati masyarakat Nusantara.

Namun, dalam perkembangannya, pendekatan ini dianggap kurang memberikan keuntungan kepada Jepang hingga akhirnya Jepang pada tahun 1942 melakukan proses ideologisasi terhadap penduduk lokal. Salah satu bentuknya adalah penerapan tradisi Seikerei, yakni tradisi memberikan penghormatan kepada Kaisar Hirohito dan ketaatan pada Dewa Matahari (Amaterasu Omikami) tepatnya setiap pukul 07.00 dengan membungkukkan badan.

Penerapan tradisi ini memantik pembangkangan dari para kiai-santri di seluruh Nusantara. Salah satu bentuk pembangkangan itu dilakukan oleh Kiai Hasyim Asy’ari Jombang dan Kiai Mas Mansur Ndresmo Surabaya. Penyebutan kedua tokoh ini penting dalam konteks tulisan ini setidaknya keduanya sama-sama tokoh pesantren di satu sisi dan keduanya juga akhirnya di penjara oleh tentara Jepang di Kalisosok Surabaya dalam satu sel di sisi yang berbeda.

Siksaan demi siksaan diterima oleh para pembangkang, termasuk dialami oleh Kiai Mas Mansur. Konon siksaan dilakukan oleh tentara Jepang kepada Kiai Mas Mansur dengan tidak memberikan makan selama enam bulan di sel penjara. Ini dilakukan sebagai bentuk komitmen Kiai Mas Mansur kepada bangsa (baca: Nasionalis). Dirinya meyakini bahwa tunduk kepada penjajah dengan mengikuti tradisi Seikerei berarti meng-iyakan terhadap kehadiran penjajah Jepang di negeri ini, apalagi dalam perspektif aqidah Islam ketertundukan kepada selain Allah SWT adalah dosa besar, untuk tidak mengatakan kufur.

Banyak tokoh-tokoh pesantren yang mencoba merayu agar Kiai Mas Mansur sedikit bersikap lunak, termasuk kiai-kiai se-Ndresmo Surabaya. Tapi, itulah tekad Kiai Mas Mansur, sekalipun ada riwayat yang menyebutkan bahwa Kiai Mas Mansur selama di penjara oleh tentang Jepang, tapi dirinya tetap mengisi rutinitas pengajian kitab kuning bersama para santri di pesantren yang dia asuhnya, yang sekarang dikenal dengan sebutan pondok pesantren Annajiyah.

Bahkan, Kiai Hasyim Asy’ari, teman satu sel dengan Kiai Mas Mansur, ketika dijemput oleh putranya Kiai Wahid Hasyim untuk pulang berkat lobi-lobi seluruh kiai pesantren se-Jawa dan Madura, sempat terjadi dialog. Inti dialog itu adalah agar Kiai Mas Mansur bersikap lunak dengan tentara Jepang dengan dialog imajiner kurang lebih sebagaimana berikut:

Kiai Hasyim:
Kang Mas, saya berharap “sampean” bersikap lunak kepada tentara Jepang dengan mengikuti tradisi Seikerei.
Hal ini penting demi keselamatan jiwa kang Mas, apalagi ada ayat al-Qur’an yang menyebutkan bahwa kita diperbolehkan mengikuti prilaku kufur –selama hati masih beriman-- yang dipaksakan dan mengancam jiwa kita sebagaimana disebutkan dalam surat al-Nahl [27); 106.

Kiai Mas Mansur:
Kang Hasyim, ini sudah pilihan saya. Kematian sampun ada garisnya masing-masing. “Panjenengan” lebih baik keluar penjara dalam rangka meneruskan pesantren yang telah dirintis, sekaligus meneruskan perlawanan terhadap penjajahan Jepang dengan menggalang kekuatan rakyat dan santri yang lebih besar. Biar aku di penjara saja, apalagi di pesantren Ndresmo telah aku persiapkan generasi yang sudah siap meneruskan kepengasuhan.

Keteguhan Kiai Mas Mansur terus tidak berubah dan tidak menyerah kepada tentara Jepang, sembari ia tetap istiqamah menggelorakan anti penjajah kepada mereka yang menjenguknya. Inilah yang menjadi sebab pihak Jepang mengambil jalan pintas untuk membunuh Kiai Mas Mansur, demi stabilitas dan kepentingan Jepang. Dengan begitu, akhirnya Kiai Mas Mansur benar-benar dibunuh di penjara oleh tentara Jepang dan dimakamkan di makam para sesepuh pesantren Ndresmo Surabaya.
     
Belajar dari Kiai

Dari kisah kiai-kiai pesantren, terkhusus dari Kiai Mas Mansur, setidaknya ada dua pelajaran penting bagi generasi muda dalam menapaki jalan dalam membumikan visi beragama dan berbangsa di masa-masa yang akan datang. pertama, visi kebangsaan para kiai-kiai pesantren. Kecintaan kepada bangsa adalah bagian dari perintah agama. Logika berpikir ini bermula bahwa segala bentuk penjajahan mengakitkan munculnya kemudharatan bagi masyarakat luas, termasuk tidak bebasnya seseorang untuk melaksanakan ibadahnya sesuai dengan keyakinannya.

Untuk itu, dengan cinta kepada bangsa (hubbl al-wathan) sejatinya kita berusaha untuk menyingkirkan segala bentuk kedhalimanan yang berujung pada lahirnya kemudharatan kepada masyarakat. Memerangi kedhaliman adalah perintah agama (iyyakuum wa al-dhulm, fainnahu dhulumatun yawm al-qiyamat), sekalipun tidak harus menggunakan Islam sebagai ideologi dalam bernegara sebagaimana menjadi impian sebagian kelompok tertentu.

Kedua, visi kesalehan beragama para kiai pesantren. Bagi kalangan pesantren, praktik-praktik keagamaan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan yang dipraktikkan itu tidak saja dalam koteks praktis, tapi juga teoritis keilmuan.
Artinya, para kiai pesantren memiliki keteguhan total dalam beribadah baik secara vertikal (ketuhanan) maupun horizontal (kemanusiaan). Tapi, sikap tawadhu’nya dengan merasa belum sempurna mengantarkan mereka terus menggali ilmu-ilmu keislaman sepanjang hayat, baik dibaca sendiri maupun dibacakan di hadapan santri atau terus belajar kitab kuning kepada ulama yang dipandang memiliki integritas kealiman.

Akhirnya, kiai-kiai pesantren -yang telah mendahului kita dan terlibat langsung dalam proses menuju kemerdekan- harus menjadi cermin bagi kita semua, yang hanya menikmati damainya Indonesia saat ini. Tidak ada tujuan yang diinginkan, kecuali semoga kelak kita disertakan bersama mereka dihari kemudian, mengutip pesan keabadian Imam Shafi’i. Semoga.

Penulis adalah akademisi Pusat Ma’had al-Jami’ah UIN Surabaya, Anggota Kaukus Penulis Aliansi Kebangsaan

Kiai Mas Mansur dan Nasionalisme Kiai-kiai Pesantren
Ilustrasi: Film "Sang Kiai"
Oleh Wasid Mansyur

Ketika penulis diberi kesempatan wawancara dengan salah satu cucu Kiai Mas Mansyur Ndresmo, yakni Ibu nyai Fatimah Zahra binti Kiai Mas Muhajir ibn Kiai Mas Mansur, terdapat cerita yang cukup menarik kaitannya dengan rasa kebangsaan (baca; nasionalisme) kiai-kiai pesantren, khususnya kiai-kiai Ndresmo Surabaya. Bagaimanapun, kiai dan santri-santri Ndresmo dikenal dalam beberapa cerita rakyat kaitan keterlibatan mereka dalam mengusir penjajah di kota Surabaya, khususnya dalam merebut kemerdekaan, meskipun sedikit sekali coretan sejarah yang menulisnya.

Keterlibatan kiai-kiai Ndresmo dalam merebut kemerdekaan telah dikenal di lingkungan santri-santri Ndresmo. Bahkan, penulis melakukan lacakan tentang hal ini, menyimpulkan bahwa dari sekian kiai-kiai tersebut adalah Kiai Mas Mansur Ndresmo. Untuk itu, tulisan ini akan lebih fokus pada sosok Kiai Mas Mansur kaitan keterlibatannya dalam merebut kemerdekaan, serta keberadaannya sebagai pemicu bagi gerakan kiai-santri untuk melawan penjajah di kota Surabaya.

Kilasan sejarah menyebutkan; setelah Belanda takluk ditangan tentara Jepang, maka terjadi proses peralihan kekuasaan terhadap bumi Nusantara. Di mana, Jepang telah melanjutkan proses menjajah dan menjarah, sekalipun pada awalnya menggunakan pola-pola yang tidak keras sebagaimana dilakukan oleh tentara Belanda. Pendekatan kooperatif ini sengaja dilakukan untuk mencari simpati masyarakat Nusantara.

Namun, dalam perkembangannya, pendekatan ini dianggap kurang memberikan keuntungan kepada Jepang hingga akhirnya Jepang pada tahun 1942 melakukan proses ideologisasi terhadap penduduk lokal. Salah satu bentuknya adalah penerapan tradisi Seikerei, yakni tradisi memberikan penghormatan kepada Kaisar Hirohito dan ketaatan pada Dewa Matahari (Amaterasu Omikami) tepatnya setiap pukul 07.00 dengan membungkukkan badan.

Penerapan tradisi ini memantik pembangkangan dari para kiai-santri di seluruh Nusantara. Salah satu bentuk pembangkangan itu dilakukan oleh Kiai Hasyim Asy’ari Jombang dan Kiai Mas Mansur Ndresmo Surabaya. Penyebutan kedua tokoh ini penting dalam konteks tulisan ini setidaknya keduanya sama-sama tokoh pesantren di satu sisi dan keduanya juga akhirnya di penjara oleh tentara Jepang di Kalisosok Surabaya dalam satu sel di sisi yang berbeda.

Siksaan demi siksaan diterima oleh para pembangkang, termasuk dialami oleh Kiai Mas Mansur. Konon siksaan dilakukan oleh tentara Jepang kepada Kiai Mas Mansur dengan tidak memberikan makan selama enam bulan di sel penjara. Ini dilakukan sebagai bentuk komitmen Kiai Mas Mansur kepada bangsa (baca: Nasionalis). Dirinya meyakini bahwa tunduk kepada penjajah dengan mengikuti tradisi Seikerei berarti meng-iyakan terhadap kehadiran penjajah Jepang di negeri ini, apalagi dalam perspektif aqidah Islam ketertundukan kepada selain Allah SWT adalah dosa besar, untuk tidak mengatakan kufur.

Banyak tokoh-tokoh pesantren yang mencoba merayu agar Kiai Mas Mansur sedikit bersikap lunak, termasuk kiai-kiai se-Ndresmo Surabaya. Tapi, itulah tekad Kiai Mas Mansur, sekalipun ada riwayat yang menyebutkan bahwa Kiai Mas Mansur selama di penjara oleh tentang Jepang, tapi dirinya tetap mengisi rutinitas pengajian kitab kuning bersama para santri di pesantren yang dia asuhnya, yang sekarang dikenal dengan sebutan pondok pesantren Annajiyah.

Bahkan, Kiai Hasyim Asy’ari, teman satu sel dengan Kiai Mas Mansur, ketika dijemput oleh putranya Kiai Wahid Hasyim untuk pulang berkat lobi-lobi seluruh kiai pesantren se-Jawa dan Madura, sempat terjadi dialog. Inti dialog itu adalah agar Kiai Mas Mansur bersikap lunak dengan tentara Jepang dengan dialog imajiner kurang lebih sebagaimana berikut:

Kiai Hasyim:
Kang Mas, saya berharap “sampean” bersikap lunak kepada tentara Jepang dengan mengikuti tradisi Seikerei.
Hal ini penting demi keselamatan jiwa kang Mas, apalagi ada ayat al-Qur’an yang menyebutkan bahwa kita diperbolehkan mengikuti prilaku kufur –selama hati masih beriman-- yang dipaksakan dan mengancam jiwa kita sebagaimana disebutkan dalam surat al-Nahl [27); 106.

Kiai Mas Mansur:
Kang Hasyim, ini sudah pilihan saya. Kematian sampun ada garisnya masing-masing. “Panjenengan” lebih baik keluar penjara dalam rangka meneruskan pesantren yang telah dirintis, sekaligus meneruskan perlawanan terhadap penjajahan Jepang dengan menggalang kekuatan rakyat dan santri yang lebih besar. Biar aku di penjara saja, apalagi di pesantren Ndresmo telah aku persiapkan generasi yang sudah siap meneruskan kepengasuhan.

Keteguhan Kiai Mas Mansur terus tidak berubah dan tidak menyerah kepada tentara Jepang, sembari ia tetap istiqamah menggelorakan anti penjajah kepada mereka yang menjenguknya. Inilah yang menjadi sebab pihak Jepang mengambil jalan pintas untuk membunuh Kiai Mas Mansur, demi stabilitas dan kepentingan Jepang. Dengan begitu, akhirnya Kiai Mas Mansur benar-benar dibunuh di penjara oleh tentara Jepang dan dimakamkan di makam para sesepuh pesantren Ndresmo Surabaya.
     
Belajar dari Kiai

Dari kisah kiai-kiai pesantren, terkhusus dari Kiai Mas Mansur, setidaknya ada dua pelajaran penting bagi generasi muda dalam menapaki jalan dalam membumikan visi beragama dan berbangsa di masa-masa yang akan datang. pertama, visi kebangsaan para kiai-kiai pesantren. Kecintaan kepada bangsa adalah bagian dari perintah agama. Logika berpikir ini bermula bahwa segala bentuk penjajahan mengakitkan munculnya kemudharatan bagi masyarakat luas, termasuk tidak bebasnya seseorang untuk melaksanakan ibadahnya sesuai dengan keyakinannya.

Untuk itu, dengan cinta kepada bangsa (hubbl al-wathan) sejatinya kita berusaha untuk menyingkirkan segala bentuk kedhalimanan yang berujung pada lahirnya kemudharatan kepada masyarakat. Memerangi kedhaliman adalah perintah agama (iyyakuum wa al-dhulm, fainnahu dhulumatun yawm al-qiyamat), sekalipun tidak harus menggunakan Islam sebagai ideologi dalam bernegara sebagaimana menjadi impian sebagian kelompok tertentu.

Kedua, visi kesalehan beragama para kiai pesantren. Bagi kalangan pesantren, praktik-praktik keagamaan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan yang dipraktikkan itu tidak saja dalam koteks praktis, tapi juga teoritis keilmuan.
Artinya, para kiai pesantren memiliki keteguhan total dalam beribadah baik secara vertikal (ketuhanan) maupun horizontal (kemanusiaan). Tapi, sikap tawadhu’nya dengan merasa belum sempurna mengantarkan mereka terus menggali ilmu-ilmu keislaman sepanjang hayat, baik dibaca sendiri maupun dibacakan di hadapan santri atau terus belajar kitab kuning kepada ulama yang dipandang memiliki integritas kealiman.

Akhirnya, kiai-kiai pesantren -yang telah mendahului kita dan terlibat langsung dalam proses menuju kemerdekan- harus menjadi cermin bagi kita semua, yang hanya menikmati damainya Indonesia saat ini. Tidak ada tujuan yang diinginkan, kecuali semoga kelak kita disertakan bersama mereka dihari kemudian, mengutip pesan keabadian Imam Shafi’i. Semoga.

Penulis adalah akademisi Pusat Ma’had al-Jami’ah UIN Surabaya, Anggota Kaukus Penulis Aliansi Kebangsaan

Ketika Kiai Umar Mangkuyudan Ditanya perihal Hormat Bendera

Rabu, 17 Agustus 2016
Ketika Kiai Umar Mangkuyudan Ditanya perihal Hormat Bendera

KH Umar Abdul Mannan (duduk)
Ulama-ulama Indonesia generasi dahulu tak diragukan kembali bagaimana kadar kecintaan mereka pada negara. Artinya, mereka telah nyata menampakkan keberpihakan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

(Baca: Dua Ulama Pencipta Lagu Kemerdekaan Khas Pesantren)

Tak terkecuali, almarhum KH Umar Abdul Mannan, pengasuh Pesantren Al Muayyad, Mangkuyudan, Solo. Sebagaimana dalam Ad-Durul Mukhtar yang mengupas biografi (manaqib) Kiai Umar. Kiai yang masyhur disebut sebagai wali dan pernah nyantri kepada Kiai Muhammad Munawir Krapyak ini pernah ditanya seseorang tentang hukum hormat kepada bendera merah putih.

"Mbah, bagaimana  pendapat anda perihal hormat bendera?"

Kiai Umar menjawab, "Saya ini orang bodoh. Saya tak pernah merasakan betapa susah gentingnya mengusir penjajah. Namun begitu, sekarang saya bisa ikut merasakan nikmatnya hidup di negara yang merdeka. Alhamdulillah..."

(Baca juga: Cara Kiai Umar Puasa Syawal sembari Jamu Tamu Lebaran)

Lalu, dengan khas tawadhu'nya, Kiai Umar kembali melanjutkan penjelasan singkatnya, "Menurut saya, hormat bendera itu merupakan kegiatan menampakkan syukur kepada Allah Ta'ala, bukan dalam rangka menyembah bendera. Saya kira tak ada orang yang hormat bendera dengan niat menyembah."

Bagi Kiai Umar, masalah hormat bendera bukanlah masalah pelik di mana pelakunya harus menggunakan landasan dalil rumit untuk bisa menjalankannya. Selain itu, hormat bendera tidak merupakan kegiatan yang melanggar terhadap norma syari'at agama dengan ditinjau dari sisi mana pun. (Mundzir)

Ketika Kiai Umar Mangkuyudan Ditanya perihal Hormat Bendera
KH Umar Abdul Mannan (duduk)
Ulama-ulama Indonesia generasi dahulu tak diragukan kembali bagaimana kadar kecintaan mereka pada negara. Artinya, mereka telah nyata menampakkan keberpihakan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

(Baca: Dua Ulama Pencipta Lagu Kemerdekaan Khas Pesantren)

Tak terkecuali, almarhum KH Umar Abdul Mannan, pengasuh Pesantren Al Muayyad, Mangkuyudan, Solo. Sebagaimana dalam Ad-Durul Mukhtar yang mengupas biografi (manaqib) Kiai Umar. Kiai yang masyhur disebut sebagai wali dan pernah nyantri kepada Kiai Muhammad Munawir Krapyak ini pernah ditanya seseorang tentang hukum hormat kepada bendera merah putih.

"Mbah, bagaimana  pendapat anda perihal hormat bendera?"

Kiai Umar menjawab, "Saya ini orang bodoh. Saya tak pernah merasakan betapa susah gentingnya mengusir penjajah. Namun begitu, sekarang saya bisa ikut merasakan nikmatnya hidup di negara yang merdeka. Alhamdulillah..."

(Baca juga: Cara Kiai Umar Puasa Syawal sembari Jamu Tamu Lebaran)

Lalu, dengan khas tawadhu'nya, Kiai Umar kembali melanjutkan penjelasan singkatnya, "Menurut saya, hormat bendera itu merupakan kegiatan menampakkan syukur kepada Allah Ta'ala, bukan dalam rangka menyembah bendera. Saya kira tak ada orang yang hormat bendera dengan niat menyembah."

Bagi Kiai Umar, masalah hormat bendera bukanlah masalah pelik di mana pelakunya harus menggunakan landasan dalil rumit untuk bisa menjalankannya. Selain itu, hormat bendera tidak merupakan kegiatan yang melanggar terhadap norma syari'at agama dengan ditinjau dari sisi mana pun. (Mundzir)

Pesan Kemerdekaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Rabu, 17 Agustus 2016 15:47 Taushiyah

Pesan Kemerdekaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Bismillahirrahmanirrahim,
Bangsa Indonesia akan menapaki usia 71 tahun sejek diproklamirkan kemerdekaannya tahun 1945. 17 Agustus dipilih oleh founding fathers bukan tanpa pertimbangan, mereka ingin membangun Indonesia dengan 17 Rakaat sesuai dengan bilangan Shalat sehari semalam.

Hadratus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asyari mengatakan “Nasionalisme dan agama bukanlah dua hal yang bertentangan. Nasionalisme adalah bagian dari agama dan dan keduanya saling menguatkan”. Bung Karno suatu ketika juga mengatakan “Nasionalisme yang sejati, nasionalismenya itu bukan copie atau tiruan dari nasionalisme Barat, akan tetapi nasionalisme timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan”.

Memasuki usia 71 tahun kemerdekaan Indonesia, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mencatat beberapa catatan reflektif kaiatannya dengan kondisi kebangsaan terkini:

Hari kemrdekaan ini hendaknya harus kita jadikan momentum untuk memperbaiki segala aspek kebangsaan dan ketertinggalan kemajuan dari segi apapun terutama pada aspek kemandiran sebagai sebuah bangsa dan negara.

Perkuat sektor kelautan dan pertanian

Sebagai negara maritim yang luas dua pertiga wilayahnya berupa lautan sudah menjadi sebuah keharusan untuk lebih meningkakan pendapatan sektor kelautuan. Pembangunan berbasis laut juga harus menjadi landasan pemerintah dalam mengambil setiap keebijakannya.

Sebagai negara agraris, Pada 2016 target produksi padi di seluruh Indonesia sebanyak 80,29 juta ton. Angka ini naik dari produksi tahun lalu yang mencapai 75,36 juta ton. Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 merilis data produksi beras Indonesia mencapai 73,17 juta ton.

Perlu diingat bahwa produksi beras di Indonesia paling banyak dipengaruhi  cuaca. Jika kondisi cuaca tidak stabil sebagaimana yang terjadi saat ini, maka produksi beras akan menurun. Pemerintah harus mulai mengkaji diversifikasi pangan.

Dalam sektor ekonomi peringkat kemudahan berusaha di Indonesia masih tertinggal di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Dalam rilis hasil survei Ease of Doing Business (EoDB), Bank Dunia menempatkan Indonesia di posisi 109 dari 189 negara. Posisi Indonesia kalah telak dibandingkan Singapura yang menduduki peringkat satu, Malaysia 18, Thailand 49, Vietnam 90, dan Filipina 103.

Yang kaya makin kaya, yang miskin semakin merana

Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2016 lalu merilis angka kemiskinan Indonesia penurunan pada September 2015. Pada September 2015 angka kemiskinan sebanyak 28,51 Juta jiwa turun pada Maret 2016 menjadi 28,01 juta jiwa.

Meskipun angka kemiskinan mengalami tren menurun, namun perlu dicatata bahwa kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin semakin tinggi. Indeks kedalaman kemiskinan meningkat dari 1,84 pada semptember 2015 menjadi 1,94 pada Maret 2016. Yang kaya makin kaya, yang miskin semakin merana.

Pada Desember 2015, World Bank melaporkan bahwa 1% orang terkaya Indonesia menguasai sekitar 50,4% aset dan 10% orang terkaya Indonesia menguasai 70,3% total kekayaan di Indonesia. Artinya, pembangunan belum merata dan belum menyentuh rakyat miskin dan kaum papa.

Revitalisasi nasionalisme

Momentum 71 tahun kemerdekaan ini kita dikejutkan dengan sebuah peristiwa yang sangat mengejutkan. Peristiwa penujukan seorang menteri berkewarganegaraan asing sangat menggangu stabilitas politik dan semangat nasionalisme. Berpindah kewargangeraan adalah ujung akhir dari kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Olah karenanya, sebagai wujud serta ejawantah dari semangat nasionalisme dan loyalitas kepada Negara, setiap pejabat negara harus berkewarganegaraan Indonesia. Semangat nasionalisme itulah yang dari dahulu dibangun oleh founding fathers NKRI seperti Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, KH. M Hasyim Asyari, dan A. Wahid Hasyim.
Dalam konteks global, sudah saatnya umat Islam Indonesia memberikan contoh kepada dunia bahwa Islam di Indonesia tidak mempertentangkan antara agama dan nasionalisme. Indonesia patut dijadikan sebagai kiblat beragama atau teladan dalam kehidupan beragama dan bernegara. Oleh karena itu nasionalisme harus tetap kita jaga “Man laisa lahu ardl, laisa lahu tarikh. Wa man laisa lahu tarikh, laisa lahu dzakiroh. Barang siapa tidak punya tanah air, tidak akan punya sejarah.

Alakulli hal, jika kehilangan emas, kita bisa membelinya lagi di pasar. Jika kita kehilangan harta benda, tahun depan kita bisa mencari dan mendapatkannya lagi. Tapi jika kehilangan tanah air, akan kemana kita hendak mencari?

Jakarta, 17 Agustus 2016

والله الموفّق إلى أقوم الطّريق
والسّــــــــــــلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ketua Umum PBNU,

Prof Dr KH Said Aqil Siroj, MA

Sekretaris Jenderal PBNU,

Dr Ir HA. Helmy Faishal Zaini

(Fathoni)

Senin, 08 Agustus 2016

KATA - KATA PENYEMANGAT




Dia yg mengeluh adalah dia yg tak pernah bisa bersyukur, pdhl tanpa ia sadari, karunia dari Tuhan telah ia nikmati setiap hari.

Perbedaan antara mereka yang berhasil dengan yang tidak bukan hanya dari ilmunya, tetapi dari kesungguhan dan keinginannnya.

Hidup ini penuh pilihan. Semakin baik keputusan yang kamu pilih semakin baik juga kamu dalam mengendalikan kehidupanmu.

Menghormati org yg lbh "tinggi" darimu, itu biasa. Menghormati org yg lbh "rendah" darimu, itu luar biasa.

Ketika kamu telah mencoba segalanya, kamu telah lakukan semampumu, tapi tak juga bisa, serahkanlah pada Tuhan. PRAY!

Tuhan tak akan pernah membiarkan rasa sakitmu lebih besar dari kebahagiaanmu. Percaya padaNya.

Jika kamu melihat ada sesuatu yg salah, mungkin kesalahannya bukan apa yg kamu lihat, tapi bagaimana caramu melihat.

Dalam terapi warna memberi warna pastel seperti biru dan hijau pada kamar dapat membuat tidur nyenyak.

Kadang kamu harus melepaskan, bukan karena tak cinta, tapi karena kamu lebih mencintai dirimu yg terus terluka.

Saat aku berhenti berdoa utk keinginanku adl saat aku menyadari bhw keinginan Tuhan jauh lbh besar dr doa-doaku.

Terkadang, menangis hanya membuat matamu setingkat lebih jernih sebelum melihat kebahagiaan.

Hidup ini sulit, apa yg kamu inginkan tak akan selalu kamu dapatkan, namun jangan pernah menyerah. Berusaha dan berdoa.

Jika dia adalah cinta. Dia takkan menyiksa, namun mengisi. Tak memaksa namun mengerti. Tak datang dengan kata namun menghampiri dengan hati

Tinggikan ilmu, namun rendahkan selalu hatimu

Beban hidup akan terasa berat jika tak pernah mencoba mencari solusi walau hanya berupa tindakan kecil

Tersenyumlah dan rasakan keindahan disekitarmu!

Ketika Tuhan tak menjawab doamu, itu karena Dia tahu bahwa yg kamu inginkan akan berakibat buruk tuk hidupmu nantinya.

Jangan terus tangisi dia yg telah meninggalkanmu. Suatu saat seseorang akan berterima-kasih padanya karena telah melepaskanmu.

Hanya karena seseorang tersenyum, bukan berarti dia bahagia. Terkadang dia hanya tak ingin terlihat lemah.

Selalu bersyukur kepada Tuhan. Hidup ini bukan hanya tentang kamu bisa tetap BERDIRI, namun tentang BANGUN disaat kamu jatuh.

Kamu akan lelah sendiri jika kamu terus mengikuti kata orang lain. Bagaimana pun, yg mereka katakan tidak slalu benar.

Cara paling baik untuk tumbuh adalah berusaha dan berdoa, bukan hanya meminta dan berharap pertolongan orang lain.

Hidup bukanlah tentang 'Aku bisa saja', namun tentang 'aku mencoba'. Jangan pikirkan tentang kegagalan, itu adalah pelajaran.

Jika kamu percaya mampu meraih impianmu, maka teruslah berusaha. Keberhasilan itu akan memberimu kebahagiaan tak ternilai.

Minggu, 07 Agustus 2016

KETUA KOMISARIAT PMII SULTAN HADIRIN UNUISNU JEPARA 2015-2016















Komisarat pmii sultan hadirin unisnu jepara periode 2015-2016 domisioner reorganisasi saabat dol pangglanya. ketua yang ulet dan semangat dalam berbagai situasi dan kondisi organiiasi. dan punya ide de gagasan yang cemerlang dalam memajukan dan menjalankan organiasi.
selama satu periode berbagai kegiatan dlaksanankan sebgaimana dokumen yang ada ..


Senin, 01 Agustus 2016

100 Kalimat Indah Dalam Lirik Lagu Iwan Fals

Lagu-lagu yang dinyanyikan Iwan Fals sendirian maupun dinyanyikan dalam format group banyak memuat lirik yang istimewa, baik lirik lagu ciptaannya sendiri maupun dari orang lain. Lagu lagu Iwan Fals ini beberapa diantaranya memuat rangkaian kata yang indah dan menjadi kalimat penuh makna.

Berikut adalah 100 Kalimat Indah Dalam Lirik Lagu Iwan Fals dkk. Meskipun ini hanyalah sedikit dari kutipan lirik lirik lagu Iwan Fals yang sempat kami kumpulkan, setidaknya bisa memberi semangat. Simak dan resapilah makna yang terkandung didalamnya. Semoga hari-hari kita menjadi lebih berguna. (sb)

1.“Berhentilah jangan salah gunakan, kehebatan ilmu pengetahuan untuk menghancurkan”
(Puing – album Iwan Fals Sarjana Muda 1981)

2.“Hei jangan ragu dan jangan malu, tunjukkan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu”.
(Bangunlah Putra-Putri Pertiwi – album Sarjana Muda 1981)

3."Cepatlah besar matahariku, menangis yang keras janganlah ragu, hantamlah sombongnya dunia buah hatiku, doa kami dinadimu”.
(Galang Rambu Anarki – album Iwan Fals Opini 1982)

4.“Jalan masih teramat jauh, mustahil berlabuh bila dayung tak terkayuh”.
(Maaf Cintaku - album Iwan Fals Sugali 1984)

5.“Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari, bila luka di kaki belum terobati”.
(Berkacalah Jakarta - album Iwan Fals Sugali 1984)

6.“Riak gelombang suatu rintangan, ingat itu pasti kan datang, karang tajam sepintas seram, usah gentar bersatu terjang”.
(Cik - album Iwan Fals Sore Tugu Pancoran 1985)

7.“Aku tak sanggup berjanji, hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini, entah esok hari, entah lusa nanti, entah”.
(Entah - album Iwan Fals Ethiopia 1986)

8.“Mengapa bunga harus layu?, setelah kumbang dapatkan madu, mengapa kumbang harus ingkar?, setelah bunga tak lagi mekar”.
(Bunga-Bunga Kumbang-Kumbang - album Iwan Fals Ethiopia 1986)

9.“Ternyata banyak hal yang tak selesai hanya dengan amarah”.
(Ya Ya Ya Oh Ya - album Iwan Fals Aku Sayang Kamu 1986)

10.“Dalam hari selalu ada kemungkinan, dalam hari pasti ada kesempatan”.
(Selamat Tinggal Malam - album Iwan Fals Aku Sayang Kamu 1986)

--------------------------------------------------------

11.“Kota adalah hutan belantara akal kuat dan berakar, menjurai didepan mata siap menjerat leher kita”.
(Kota - album Iwan Fals Aku Sayang Kamu 1986)

12.“Jangan kita berpangku tangan, teruskan hasil perjuangan dengan jalan apa saja yang pasti kita temukan”.
(Lancar - album Iwan Fals Lancar 1987)

13.“Jangan ragu jangan takut karang menghadang, bicaralah yang lantang jangan hanya diam”.
(Surat Buat Wakil Rakyat - album Iwan Fals Wakil Rakyat 1987)

14.“Kau anak harapanku yang lahir di zaman gersang, segala sesuatu ada harga karena uang”.
(Nak - album Iwan Fals 1910 1988)

15.“Sampai kapan mimpi mimpi itu kita beli?, sampai nanti sampai habis terjual harga diri”.
(Mimpi Yang Terbeli - album Iwan Fals 1910 1988)

16.“Seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas, Ibu”.
(Ibu - album Iwan Fals 1910 1988)

17.“Memang usia kita muda namun cinta soal hati, biar mereka bicara telinga kita terkunci”.
(Buku Ini Aku Pinjam - album Iwan Fals 1910 1988)

18.“Dendam ada dimana mana di jantungku, di jantungmu, di jantung hari-hari”.
(Ada Lagi Yang Mati - album Iwan Fals 1910 1988)

19.“Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari, keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat”.
(Perempuan Malam - album Iwan Fals Mata Dewa 1989)

20.“Kucoba berkaca pada jejak yang ada, ternyata aku sudah tertinggal, bahkan jauh tertinggal”.
(Nona - album Iwan Fals Mata Dewa 1989)

--------------------------------------------------------

21.“Oh ya! ya nasib, nasibmu jelas bukan nasibku, oh ya! ya takdir, takdirmu jelas bukan takdirku”.
(Oh Ya! - album Iwan Fals Swami 1989)

22.“Wahai kawan hei kawan, bangunlah dari tidurmu, masih ada waktu untuk kita berbuat, luka di bumi ini milik bersama, buanglah mimpi-mimpi”.
(Eseks eseks udug udug (Nyanyian Ujung Gang) - album Iwan Fals Swami 1989)

23.“Api revolusi, haruskah padam digantikan figur yang tak pasti?”.
(Condet - album Swami 1989)

24.“Kalau cinta sudah di buang, jangan harap keadilan akan datang”.
(Bongkar - album Iwan Fals Swami 1989)

25.“Kesedihan hanya tontonan, bagi mereka yang diperkuda jabatan”.
(Bongkar - album Iwan Fals Swami 1989)

26.“Orang tua pandanglah kami sebagai manusia, kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta”.
(Bongkar - album Iwan Fals Swami 1989)

27.“Satu luka perasaan, maki puji dan hinaan, tidak merubah sang jagoan menjadi makhluk picisan”.
(Rajawali - album Kantata Takwa 1990)

28.“Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata kata”.
(Paman Doblang - album Kantata Takwa 1990)

29.“Mereka yang pernah kalah, belum tentu menyerah”.
(Orang-Orang Kalah - album Kantata Takwa 1990)

30.“Aku rasa hidup tanpa jiwa, orang yang miskin ataupun kaya sama ganasnya terhadap harta”.
(Nocturno - album Kantata Takwa 1990)

--------------------------------------------------------

31.“Orang orang harus dibangunkan, kenyataan harus dikabarkan, aku bernyanyi menjadi saksi”.
(Kesaksian - album Kantata Takwa 1990)

32.“Ingatlah Allah yang menciptakan, Allah tempatku berpegang dan bertawakal, Allah maha tinggi dan maha esa, Allah maha lembut”.
(Kantata Takwa - album Kantata Takwa 1990)

33.“Kebimbangan lahirkan gelisah, jiwa gelisah bagai halilintar”.
(Gelisah - album Kantata Takwa 1990)

34.“Bagaimanapun aku harus kembali, walau berat aku rasa kau mengerti”.
(Air Mata - album Kantata Takwa 1990)

35.“Alam semesta menerima perlakuan sia sia, diracun jalan napasnya diperkosa kesuburannya”.
(Untuk Bram - album Iwan Fals Cikal 1991)

36.“Duhai langit, duhai bumi, duhai alam raya, kuserahkan ragaku padamu, duhai ada, duhai tiada, duhai cinta, ku percaya”.
(Pulang Kerja - album Iwan Fals Cikal 1991)

37.“Dimana kehidupan disitulah jawaban”.
(Alam Malam - album Iwan Fals Cikal 1991)

38.“Ada dan tak ada nyatanya ada”.
(Ada - album Iwan Fals Cikal 1991)

39.“Aku sering ditikam cinta, pernah dilemparkan badai, tapi aku tetap berdiri”.
(Nyanyian Jiwa - album Swami Il 1991)

40.“Aku mau jujur jujur saja, bicara apa adanya, aku tak mau mengingkari hati nurani”.
(Hio - album Swami Il 1991)

--------------------------------------------------------

41.“Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta walau aku tahu tak terdengar, jariku menari tetap tak akan berhenti sampai wajah tak murung lagi”.
(Di Mata Air Tidak Ada Air Mata - album Iwan Fals Belum Ada Judul 1992)

42.“Mengapa besar selalu menang?, bebas berbuat sewenang wenang, mengapa kecil selalu tersingkir?, harus mengalah dan menyingkir”.
(Besar Dan Kecil - album Iwan Fals Belum Ada Judul 1992)

43.“Angin pagi dan nyanyian sekelompok anak muda mengusik ingatanku, aku ingat mimpiku, aku ingat harapan yang semakin hari semakin panjang tak berujung”.
(Aku Disini - album Iwan Fals Belum Ada Judul 1992)

44.“Jalani hidup, tenang tenang tenanglah seperti karang”.
(Lagu Satu - album Iwan Fals Hijau 1992)

45.“Sebentar lagi kita akan menjual air mata kita sendiri, karena air mata kita adalah air kehidupan”.
(Lagu Dua - album Iwan Fals Hijau 1992)

46.“Kita harus mulai bekerja, persoalan begitu menantang, satu niat satulah darah kita, kamu adalah kamu aku adalah aku”.
(Lagu Tiga - album Iwan Fals Hijau 1992)

47.“Kenapa kebenaran tak lagi dicari?, sudah tak pentingkah bagi manusia?”
(Lagu Empat- album Iwan Fals Hijau 1992)

48.“Kenapa banyak orang ingin menang?, apakah itu hasil akhir kehidupan?”.
(Lagu Empat- album Iwan Fals Hijau 1992)

49.“Anjingku menggonggong protes pada situasi, hatiku melolong protes pada kamu”.
(Lagu Lima - album Iwan Fals Hijau 1992)

50.“Biar keadilan sulit terpenuhi, biar kedamaian sulit terpenuhi, kami berdiri menjaga dirimu”.
(Karena Kau Bunda Kami - album Dalbo 1993)

--------------------------------------------------------

51.“Apa jadinya jika mulut dilarang bicara?, apa jadinya jika mata dilarang melihat?, apa jadinya jika telinga dilarang mendengar?, jadilah robot tanpa nyawa yang hanya mengabdi pada perintah”.
(Hura Hura Huru Hara - album Dalbo 1993)

52.“Tertawa itu sehat, menipu itu jahat”.
(Hua Ha Ha - album Dalbo 1993)

53.“Nyanyian duka nyanyian suka, tarian duka tarian suka, apakah ada bedanya?”
(Terminal – single 1994)

54.“Waktu terus bergulir, kita akan pergi dan ditinggal pergi”.
(Satu Satu – album Iwan Fals Orang Gila 1994)

55.“Pelan-pelan sayang kalau mulai bosan, jangan marah-marah nanti cepat mati, santai sajalah”.
(Menunggu Ditimbang Malah Muntah – album Iwan Fals Orang Gila 1994)

56.“Mau insaf susah, desa sudah menjadi kota”.
(Menunggu Ditimbang Malah Muntah – album Iwan Fals Orang Gila 1994)

57.“Pertemuan dan perpisahan, dimana awal akhirnya?, dimana bedanya?”.
(Doa Dalam Sunyi – album Iwan Fals Orang Gila 1994)

58.“Jika kata tak lagi bermakna, lebih baik diam saja”.
(Awang Awang – album Iwan Fals Orang Gila 1994)

59.“Bagaimana bisa mengerti?, sedang kita belum berpikir, bagaimana bisa dianggap diam?, sedang kita belum bicara”.
(Awang Awang – album Iwan Fals Orang Gila 1994)

60.“Aku bukan seperti nyamuk yang menghisap darahmu, aku manusia yang berbuat sesuai aturan dan keinginan”.
(Nasib Nyamuk – album Iwan Fals & Sawung Jabo Anak Wayang 1994)

--------------------------------------------------------

61.“Oh susahnya hidup, urusan hati belum selesai, rumah tetangga digusur raksasa, pengusaha zaman merdeka”.
(Oh – single 1995)

62.“Aku disampingmu begitu pasti, yang tak kumengerti masih saja terasa sepi”.
(Mata Hati – album Iwan Fals Mata Hati 1995)

63.“Sang jari menari jangan berhenti, kupasrahkan diriku digenggaman-Mu”.
(Lagu Pemanjat – album Iwan Fals Lagu Pemanjat 1996)

64.“Lepaslah belenggu ragu yang membelit hati, melangkah dengan pasti menuju gerbang baru”.
(Songsonglah – album Kantata Samsara 1998)

65.“Berani konsekuen pertanda jantan”.
(Nyanyian Preman – album Kantata Samsara 1998)

66.“Dengarlah suara bening dalam hatimu, biarlah nuranimu berbicara”.
(Langgam Lawu – album Kantata Samsara 1998)

67.“Matinya seorang penyaksi bukan matinya kesaksian”.
(Lagu Buat Penyaksi – album Kantata Samsara 1998)

68.“Bertahan hidup harus bisa bersikap lembut, walau hati panas bahkan terbakar sekalipun”.
(Di Ujung Abad - album Iwan Fals Suara Hati 2002)

69.“Jangan goyah percayalah teman perang itu melawan diri sendiri, selamat datang kemerdekaan kalau kita mampu menahan diri”.
(Dendam Damai - album Iwan Fals Suara Hati 2002)

70.“Berdoalah sambil berusaha, agar hidup jadi tak sia-sia”.
(Doa - album Iwan Fals Suara Hati 2002)

--------------------------------------------------------

71.“Harta dunia jadi penggoda, membuat miskin jiwa kita”.
(Seperti Matahari - album Iwan Fals Suara Hati 2002)

72.“Memberi itu terangkan hati, seperti matahari yang menyinari bumi”.
(Seperti Matahari - album Iwan Fals Suara Hati 2002)

73.“Jangan heran korupsi menjadi jadi, habis itulah yang diajarkan”.
(Politik Uang – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

74.“Gelombang cinta gelombang kesadaran merobek langit yang mendung, menyongsong hari esok yang lebih baik”.
(Para Tentara – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

75.“Terhadap yang benar saja sewenang wenang, apalagi yang salah”.
(Mungkin – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

76.“Begitu mudahnya nyawa melayang, padahal tanpa diundang pun kematian pasti datang”.
(Matahari Bulan Dan Bintang – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

77.“Dunia kita satu, kenapa kita tidak bersatu?”.
(Matahari Bulan Dan Bintang – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

78.“Urus saja moralmu urus saja akhlakmu, peraturan yang sehat yang kami mau”.
(Manusia Setengah Dewa – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

79.“Di lumbung kita menabung, datang paceklik kita tak bingung”.
(Desa – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

80.“Tutup lubang gali lubang falsafah hidup jaman sekarang”.
(Dan Orde Paling Baru – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

--------------------------------------------------------

81.“Buktikan buktikan!, kalau hanya omong burung beo pun bisa”.
(Buktikan – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

82.“Dunia politik dunia bintang, dunia hura hura para binatang”.
(Asik Nggak Asik – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

83.“Dewa-dewa kerjanya berpesta, sambil nyogok bangsa manusia”.
(17 Juli 1996 – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)

84.“Tanam-tanam pohon kehidupan, siram siram sirami dengan sayang, tanam tanam tanam masa depan, benalu-benalu kita bersihkan”.
(Tanam-Tanam Siram-Siram – single 2006 - album Iwan Fals Keseimbangan 2010)

85.“Ada apa gerangan mengapa mesti tergesa gesa, tak bisakah tenang menikmati bulan penuh dan bintang”.
(Haruskah Pergi – 2006 - Iwan Fals & Indra Lesmana)

86.“Persoalan hidup kalau diikuti tak ada habisnya, soal lama pergi soal baru datang”.
(Selancar – 2006 - Iwan Fals & Indra Lesmana)

87.“Jaman berubah perilaku tak berubah, orang berubah tingkah laku tak berubah”.
(Rubah – album Iwan Fals 50:50 2007)

88.“Satu hilang seribu terbilang, patah tumbuh hilang berganti”.
(Pulanglah – album Iwan Fals 50:50 2007)

89.“Hidup ini indah berdua semua mudah, yakinlah melangkah jangan lagi gelisah”.
(KaSaCiMa – album Iwan Fals 50:50 2007)

90.“Tak ada yang lepas dari kematian, tak ada yang bisa sembunyi dari kematian, pasti”.
(Ikan-Ikan – album Iwan Fals 50:50 2007)

--------------------------------------------------------

91.“Ada kamu yang mengatur ini semua tapi rasanya percuma, ada juga yang janjikan indahnya surga tapi neraka terasa”.
(Cemburu – album Iwan Fals 50:50 2007)

92.“Hukum alam berjalan menggilas ludah, hukum Tuhan katakan “Sabar!”.
(Kemarau – uncassette)

93.“Yang pasti hidup ini keras, tabahlah terimalah”.
(Joned – uncassette)

94.“Oh negeriku sayang bangkit kembali, jangan berkecil hati bangkit kembali”.
(Harapan Tak Boleh Mati – uncassette)

95.“Oh yang ditinggalkan tabahlah sayang, ini rahmat dari Tuhan kita juga pasti pulang”.
(Harapan Tak Boleh Mati – uncassette)

96.“Tuhan ampunilah kami, ampuni dosa-dosa kami, ampuni kesombongan kami, ampuni bangsa kami, terimalah disisi-Mu korban bencana ini”.
(Saat Minggu Masih Pagi – uncassette)

97.“Nyatakan saja apa yang terasa walau pahit biasanya, jangan disimpan jangan dipendam, merdekakan jiwa”.
(Nyatakan Saja – uncassette)

98.“Usiamu tak lagi muda untuk terus terusan terjajah, jangan lagi membungkuk bungkuk agar dunia mengakuimu”.
(Merdeka – uncassette)

99.“Kau paksa kami untuk menahan luka ini, sedangkan kau sendiri telah lupa”.
(Luka Lama – uncassette)

100. “Oh Tuhan tolonglah, lindungi kami dari kekhilafan, oh ya Tuhan tolonglah, Ramadhan mengetuk hati orang orang yang gila perang”.
(Selamat Tinggal Ramadhan – uncassette)

Bongkar



Kalau cinta sudah di buang
Jangan harap keadilan akan datang
Kesedihan hanya tontonan
Bagi mereka yang di perbudak jabatan

(*) O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar

O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar

Sabar, sabar, sabar dan tunggu
Itu jawaban yang kami terima
Ternyata kita harus ke jalan
Robohkan setan yang berdiri mengangkang
Kembali ke : (*)

Reff I :
Penindasan serta kesewenang-wenangan
Banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan
Hoi hentikan
Hentikan jangan di teruskan
Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan
O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar
O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar
Reff II :
Di jalan kami sandarkan cita-cita
Sebab dirumah tak ada lagi yang bisa dipercaya
Orang tua pandanglah kami sebagai manusia
Kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta

Sumpah Pemuda, Sejumlah OKP Lahirkan Deklarasi Kembali ke Khittah 1928

Rabu, 02 November 2016 18:03 Nasional Sumpah Pemuda, Sejumlah OKP Lahirkan Deklarasi Kembali ke Khittah 1928 Jakarta, NU Online Sejumlah...